Perlu Anda ketahui bahwa sebenarnya pengertian dan sejarah Hari Raya Galungan akan sangat berkaitan dengan mitologi Hindu-Bali.
Pada dasarnya, Hari Raya Galungan akan diperingati setiap 6 bulan sekali menurut kalender Bali. Nantinya, di dalam kalender Bali akan ada 35 hari dalam 1 bulannya, sehingga hal ini yang akan membedakannya dengan kalender Masehi.
Pengertian Hari Raya Galungan
Hari Raya Galungan adalah awal upacara keagamaan yang dipercaya oleh warga Bali ketika diselenggarakan dapat membawa pulang roh para leluhur ke rumahnya.
Jadi, Galungan akan menjadi kewajiban bagi mereka untuk menyambut para leluhur dengan doa dan persembahan khusus yang sesuai dengan aturan di dalamnya.
Sejarah Hari Raya Galungan
Warga Bali yang mayoritas beragama Hindu, selalu antusias ketika menjalani segala rangkaian prosesi ritual untuk mewarnai Hari Raya Galungan ini. Selain itu, mereka juga selalu khusyuk untuk menjalankan ritual ini.
Membahas tentang Hari Raya Galungan itu sendiri, Anda mungkin bertanya-tanya sejak kapan ritual ini diselenggarakan. Pada dasarnya, Hari Raya Galungan pertama kali dirayakan di tahun 882 Masehi, meski upacara ini sempat terhenti selama bertahun-tahun setelahnya. Kemudian, perayaan ini mulai kembali diselenggarakan pada saat masa pemerintahan Raja Sri Jayakasunu.
Sebelum akhirnya perayaan ini kembali diselenggarakan, Galungan memang sempat terhenti karena pada saat itu raja-raja yang sedang berkuasa di Bali sudah banyak yang wafat atau meninggal dunia.
Bahkan, beberapa di antaranya juga meninggal di usia yang tergolong muda. Tak hanya itu, di jaman dulu pulau Bali juga terus diguncang berbagai macam jenis bencana, yang dapat membuat perayaan ini tidak bisa diselenggarakan dengan semestinya.
Sampai akhirnya waktu terus berjalan dan tibalah masa pemerintahan Raja Sri Jayakasunu. Di masa pemerintahan Raja Sri Jayakasunu ini, perayaan Galungan mulai diselenggarakan kembali.
Awal mula dari penyelenggaraan kembali ritual ini adalah, karena Raja Sri Jayakasunu merasa heran mengapa raja-raja sebelumnya selalu berumur pendek dan hal ini juga membuat Bali terus diguncang musibah.
Untuk menjawab rasa heran tersebut, akhirnya Raja Sri Jayakasunu mulai bersemedi. Dalam pertapaannya itu, raja mendapat bisikan yang diyakini berasal dari Dewi Durga.
Di dalam bisikan tersebut, tersirat sebuah jawaban yang mengatakan bahwa alasan dari semua hal itu terjadi adalah karena warga Bali sudah melupakan peringatan Galungan yang seharusnya dilakukan.
Sejak saat itulah, Raja Sri Jayakasunu mulai mengadakan peringatan ini kembali dan menghimbau kepada rakyatnya untuk selalu merayakannya ketika harinya sudah tiba sesuai dengan Kalender Bali.
Meskipun mungkin bagi sebagian besar orang awam Hari Raya Galungan akan dianggap kurang bisa dilogika, akan tetapi umat Hindu di Bali sangat memercayainya. Jadi, sebagai warga Indonesia yang memiliki jiwa toleransi tinggi, Anda perlu memahami pengertian dan sejarah Hari Raya Galungan yang berlaku di dalamnya.